Jumat, 17 Juni 2011

dianhusadanurul isanaini askep strabismus

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN KELAINAN OTOT MATA STRABISMUS

A. Pengertian
Strabismus (juling) adalah : kerja otot-otot bola mata yang tidak terkoordinasi sehingga sumbu visual kedua mata tidak bertemupada titik objek
Beberapa ahli menyatakan bahwa juling adalah apabila kelopak mata mengalami perubahan bentuk, sehingga untuk mengurangi efek kelainan refraksi supaya bisa melihat lebih jelas terjdi efek pinhole. Batasan yang benar mengenai juling adalah jika salah satu matanya tidak mengarah ke objek.

B. Etiologi
1. Kelainan refraksi
a. Hipermetropi
Penyebab utama mata juling pada anak kecil adalah hipermetripia yang biasanya berawal ketika anak mulai suka melihat gambar atau benda kecil.
b. Miopia
Strabismus yang disebabkan oleh myopia lebih jarang terjadi

2. Paralisis salah satu mata
a Kelumpuhan musculus rektus medialis : menyebabkan strabisimus divergen gangguan gerak kearah nasal. Keadaan ini bertambah bila mata digerakkan kearah nasal.
b. Kelumpuhan musculus rektus superior
Terdapat keterbatasan gerak keatas (Hipertropia, diplopia campuran, diplopia vertical dan crossed diplopia ) kelainan ini bertambah pada gerakan mata keatas.
c. Kelumpuhan musculus rektus inferior
Terdapat keterbatasan gerak mata kebawah, hipertropia, diplopia campuran, yang bertambah hebat bila mata digerakkan kebawah.

d. Kelumpuhan musculus obligus superior.
Terdapat keterbatasan gerak kearah bawah terutama kearah nasal inferior
e. Kelumpuhan musculus obligus inferior
Terdapat keterbatasan gerak kearah atas terutama kearah nasal, strabisnus vertical, diplopia campuran . kelainan ini bertambah bila mata digerakkan kearah temporal atas.

2. Visus yang buruk pada salah satu mata.
Visus yang buruk pada salah satu mata biasanya akan normal pada mata lainnya sehingga kedua mata gagal bekerjasama dan akibatnya timbul deviasi gerakan bola mata.
Faktor predisposisi
 Trauma didaerah kepala
 Diabetes miletus juvenile fulminan
 Meningitis
 Tumor otak
 Inveksi virus

C. TANDA DAN GEJALA
1. tanda dan gejala utama strabisimus yaitu mata mempunyai kecendrungan untuk berdeviasi kesalah satu arah dimana arah tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan jenis strabisimusnya. Contoh :
 Horizontal
 Esideviasi : bila salah satu mata berfiksasi pada objek sedangkan mata yang lain berdeviasi ke nasal
 Eksodeviasi : Deviasi mata ke temporal
 Vertical
 Hiperdeviasi : bila salah satu mata berdeviasi ke superior
 Hipodeviasi : bila salah satu mata berdeviasi ke inferior
 Torsi
 Insiklo deviasi : salah satu mata memutari sumbu sagital ke nasal
 Excydo deviasi : salah satu mata memutari sumbu sagital ke temporal
2. Noncomitant strabismus / strabismus paralitik
Tanda tanda
 Gerak mata terbatas pada daerah dimana otot yang lumpuh bekerja
 Deviasi, kalau mata digerkkan kearah lapangan dimana otot lumpuh bekerja, mata yang sehat akan menjurus kearah ini dengan baik, sedangkan mata yang sakit tertinggal
 Diplopia
 Okular torticallis
 Proyeksi yang salah
 Vertigo, mual-mual

D. Klasifikasi
1. Berdasarkan Status Fusi
a. Heteroforia
Adalah: Keadana dimana mata mempunyai kecendrungan untuk berdeviasi ke salah satu arah, yang dapat diatasi dengan penglihatan binokuler tunggal Deviasix Laten , hanya dapat dilihat bila mata sebelah nya ditutup.
b. Heterotropia
Adalah: Kelainan deviasi dimana tidak mungkin untuk melakukan penglihatan Binokuler Tunggal. Fiksasi terjadi dengan satu mata dan tidak berubah dengan dua mata pada waktu yang sama.
Hetertropia dapat disebabkan oleh kelainan:
1. Hederiter
2. Anatomik, kelainan otot mata luar, kelainan rongga orbita
3. Kelainan refraksi
4. Kelainan pernafasan, sensori motorik, keadaan yang menggagalkan fusi
5. Kombinasi dan faktor-faktor di atas
2. Berdasarkan arah deviasi
a. Horizontal
 Esodeviasi
 Exodeviasi
b. Vertikal
 Hiperdeviasi
 Hipodeviasi
c. Torsi
Insiklo Deviasi
Exyclo deviasi
3. Berdasarkan variasi sudut deviasi pada gerakan bola mata
a. Strabismus non paralitik
Besarnya sudut deviasi sama besar pada setiap gerakan bola mata. Sudut deviasinya adalah sama tidak tergantung pada arah pandangan (direction of gaze). Deviasi ini terjadi akibat penglihatanya yang buruk. Semua penglihatan yang buruk bisa berakibat terjadinya deviasi. Ex retinoblastoma.
Dibedakan atas 2, strabisimus non paralitik non akomodatif. Deviasinya sama kesemua arah dan tidak dipengaruhi oleh akomodasi karena penyebabnya tidak ada hubunganya dengan kelainan refraksi/kelumpuhan otot.
Disebabkan oleh
 Insersi yang salah oleh otot-otot yang bekerja horizontal
 Gangguan keseimbangan gerak bola mata
 Kekurangan daya fusi
b. Strabismus paralitik
Sudut deviasi tidak sama pada semua arah disebabkan hilangnya satu atau lebih otot mata.
Juling juga bisa disebabkan oleh palsi saraf keenam yang disebabkan oleh tumor yang berakibat meningkatnya tekanan intrakranial. Pada kasus ini juling adalah aparalitik dan sudut deviasinya berubah-ubah tergantung pada arah pandangan. Pada penderit miestenia gravis gejala pertamanya dalah juling diplopia.
4. Berdasarkan usia terjadinya
 Kongenital terjadi pada usia < 6 bulan  Acquired terjadi pada usia .> 6 bulan
E. Patofisiologi
Kelainan refraksi Visus yang buruk Paralisis salah
Pada salah satu mata satu otot mata


Hipermetropia Miopi
Gangguan/keterbatasan
Gerak otot mata kearah
tertentu

Penyesuaian mata
Tidak konstan
Mata gagal bekerja sama


Jalur visual abnormal
Deviasi gerakan bola mata

Akomodasi berlebihan
Strabismus paralitik

Konvergensi berlebih
(overkonvergence)


Strabismus non paralitik



 Kelainan kosmetik * Gerak mata terbatas
 Menurunya visus * Diplopia
 Murung * Proyeksi mata yang salah
* Vertigo, mual


Mk. Gangguan harga diri Mk. Gangguan sensori perseptual
Penglihatan
F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Ini dilakukan untuk mengukur derajat strabismus. Diantara nya:
1. Tes Hisch Berg
Caranya :
Penderita disuruh untuk melihat cahaya pada jarak 12 inci (30cm). perhatikan reflek cahaya terhadap pupil. Kalau letak nya di pinggir pupil, maka deviasinya 15 derajat, tapi kalau letaknya diantara pinggir pupil dan limbus maka deviasinya 30 derajat dan jika letak nya di limbus, maka derajat deviasinya 45 derajat.(catt : 1 derajat= 2 prisma diopter)

2. Tes Krimsky
Carabya:
Penderita melihat kesumber cahaya yang jarak nya ditentukan. Perhatikan reflek cahaya pada mata yang berdeviasi. Kekuata prisma yang terbesar diletakkan di depan mata yang brdeviasi, sampai reflek cahaya yang terletak disentral kornea

3. Tes Maddox Cross
Maddox Cross terdiri dari satu palang dengan tangan dari silang nya 1 m. pada jarak 1 m dari Maddox cross, kedua mata penderita, musle light yang terletak ditengah-tengah Maddox cross dan ujung Maddox cross membentuk segitiga sama kaki dengan sudut dasarnya 45o
Suruh penderita melihat muscle light, kalau tidak ada strabismus, reflek cahaya terletak di tengah-tengah pupil, namu bila strabismus, letaknya eksentrik
4. Tes Pemeriksaan Rotasi Monokuler
Caranya:
Diperiksa dengan salah satu mata ditutup, sedangkn mata yang lain mengikuti cahaya atau objek yang diarahkan kesemua arah. Kelemahan deduksi dapat diketahui yang disebabkan oleh kelemahan otot atau kelainan anatomis dari otot.
5. Uncover Test
Caranya:
Pasien diminta melihat objek fiksasi. Mata kanan ditutup dan mata kiri tidak.
Lalu dibuka, segera perhatikan, bila bola mata bergerak, heterophoria diam,orhoporia, exophoria bergerak nasal.



II DO :
• Menurunya ketajaman penglihatan (visus)
• Adanya diplopia
• Adanya deviasi pada mata
DS :
• Anak sering mual dan pusing
• Klien mengeluh penglihatannya ganda
DO :
• Adanya deviasi pada mata
• Klien tampak sering murung
DS :
• Ibu klien mengatakan anaknya kurang bergaul dengan teman-temanya.
• Klein merasa rendah diri
Gangguan
Penerimaan
Sensori/status
Organ indra





Kelainan fisik (mata)


Gangguan sensori
Perseptual
Penglihatan
( diplopia )



Gangguan harga diri






B. Rencana Kepertawatan
no Diagnose keperawatan perencanaan
tujuan intervensi rasional
1









2 Gg sensori perceptual penglihatan(diplopia)b/d gg penerimaan sensori/status organ indra.


Gg harga diri b/d fisik (mata) Gg sensori perceptual penglihatan dapat teratasi dengan criteria hasil:
- Meningkat nya ketajaman penglihatan
- Diplopia tidak ada lagi
- mual dan vertigo tidak ada lagi.


Gg hargadiri teratasi dengan criteria hasil:
- klien tidak murung lagi
- klien tidak merasa rendah diri lagi dengan teman- temannya - tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu/dua mata terlihat

- beritahu penyebab terjadinya diplopia.

- tentukan jenis strabismus tersebut

- kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat.

- Anjurkan orangtua untuk selalu memberikan dukungan terhadap tindakan pasien yang positif
- anjurkan orang tua untuk memotivasi anak nya untuk berbgabung dengan teman sebaya.

- lakukan pendekatan pada klien

- kolaborasi dengan psikolog - Menentukan pilihan intervensi yang bervariasi karena kehilangan penglihatan terjadi lambat dan progresif
- adanya diplopia menyebabkan mual dan vertigo.

- untuk menentukan jenis pengobatan yang tepat
- untuk memperbaiki visus dan kelainan refraksi

- meningkatkan rasa percaya diri pat,bahwa ia mampu seperti temannya yang lain

- mengurangi rasa kurang percaya diri klien terhadap diri nya sehingga klien mau bergaul dengan teman-temannya
- mempermudah dalam memberikan dukungan
- membantu klien mendapatkan kesembuhan optimal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar